TAMAN BUKIT SLIM (TBS) - PENGENALAN

Taman Bukit Slim, 35800 Slim River terletak di pinggir bandar kecil Slim River dalam Daerah Batang Padang, Negeri Perak. Lokasinya di selatan Perak, kira-kira 22 km di utara Tanjung Malim dan 99 km dari selatan bandaraya Ipoh melalui jalan persekutuan. Kedudukannya bersebelahan Plaza Tol Slim River dan jika dari Ipoh jaraknya kira-kira 200 meter sebelum susur masuk ke plaza tol dan jika dari arah pekan Slim River penduduk atau pelawat perlu membuat pusingan "U" yang jauhnya kira-kira 2 km dari lampu isyarat persimpangan plaza Tol Slim River.Dibangunkan pada tahun 2008 dan diselenggarakan oleh Majlis Daerah Tanjong Malim – Admin.

Klik Sini

Pengumuman, Info dan Peristiwa TBS

* INFO TERKINI 2016

* Jawatankuasa Penduduk -Selamat Menyambut Nisfu Syaaban.

* Jawatankuasa KRT - Program SRS dilaksanakan seperti biasa.

* Jawatankuasa surau - Kuliah Mingguan dilaksanakan seperti biasa.


* Kelab Rekreasi Puakajoran - 2 Jun 2016 Trip Tanjung Dawai - Tukun Perak. Selamat Menjoran.


* Jika anda mempunyai maklumat dan sumber arkib untuk dikongsi sila berhubung dengan admin

SEKIAN TERIMA KASIH.

Sunday, 22 June 2014

Larangan Mengikuti Budaya Orang Kafir (Tasyabbuh)


Gambar Sekadar Hiasan

Hari ini kebanyakan muslim sudah tidak lagi punyai jatidiri. Kebanyakannya, terutama anak muda sudah menjadikan gaya dan penampilan, akhlak dan tingkah laku mereka seperti budaya barat yang dianggap "up to date" dan moden tanpa menyedari bahawa mereka menuruti budaya barat itu atau lebih tepat dikatakan budaya orang kafir.

Perhatikanlah dari dari cara berdandan, cara berpakaian dan penampilan muda-mudi kini, sudah sama dengan gaya Ronaldo, Roberto dan Jenifer. Begitu juga kalau kita lihat aktiviti perayaan seperti Ultah dan New Year.Pemuda-pemudi Muslim turut merayakan kesemuanya tanpa menyedari perlakuan tersebut beroretasikan ajaran non-muslim. Benarlah disebutkan dalam hadith, umat Islam selangkah demi selangkah akan mengikuti jejak bukan muslim sehingga benar-benar mengikuti perlakuan non Muslim itu.

Orang Muslim akan Mengikuti Jejak Orang Kafir

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ

“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“ (HR. Bukhari no. 7319)

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).

Ibnu Taimiyah menjelaskan, tidak diragukan lagi bahwa umat Islam pada akhir zaman akan mengikuti jejak Yahudi dan Nashrani dalam sebagian perkara. Lihat Majmu’ Al Fatawa, 27: 286.

Syaikhul Islam menerangkan, bahawa dalam solat ketika membaca Al Fatihah kita selalu meminta kepada Allah agar diselamatkan dari jalan orang yang dimurkai dan sesat iaitu cara hidup Yahudi dan Nashrani namun sebagian umat Islam jelas sudah terjerumus mengikuti jejak kedua-dua golongan tersebut. Lihat Majmu’ Al Fatawa, 1: 65.

Imam Nawawi -rahimahullah- ketika menjelaskan hadith di atas menjelaskan, “Yang dimaksud dengan syibr (sejengkal) dan dziroo’ (hasta) serta lubang dhob (lubang hewan tanah yang penuh lika-liku), adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum muslimin sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan Nasrani. iaitu kaum muslimin dipengaruhi mereka dalam melakukan kemaksiatan dan berbagai penyimpangan, bahkan dalam hal-hal kekafiran mereka juga diikuti. Perkataan bginda ini adalah suatu mukjizat kerana apa yang baginda katakan telah benar-benar terjadi ketika ini.” (Syarh Muslim, 16: 219)

Larangan Tasyabbuh

Walau perubahan demi perubahan yang dialami oleh umat Islam sudah jadi sunnatullah, namun bukan berarti mengikuti jejak ahli kitab dan orang kafir dibolehkan.Secara umumnya kita dilarang menyerupai mereka dalam hal yang menjadi kekhususan mereka. Penyerupaan ini dikenal dengan istilah tasyabbuh.

Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031. Syaikhul Islam dalam Iqtidho‘ 1: 269 mengatakan bahwa sanad hadith ini jayyid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadith ini shahih sebagaimana dalam Irwa’ul Gholil no. 1269)

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari datuknyanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا

“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” (HR. Tirmidzi no. 2695. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadith ini hasan).

Kenapa kita dilarang meniru-niru orang kafir secara lahiriyah? Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

أَنَّ الْمُشَابَهَةَ فِي الْأُمُورِ الظَّاهِرَةِ تُورِثُ تَنَاسُبًا وَتَشَابُهًا فِي الْأَخْلَاقِ وَالْأَعْمَالِ وَلِهَذَا نُهِينَا عَنْ مُشَابَهَةِ الْكُفَّارِ

“Penyerupaan dalam perkara lahiriyah mempengaruhi pada penyerupaan akhlak dan amalan. Oleh sebab itu, kita dilarang tasyabbuh dengan orang kafir” (Majmu’ Al Fatawa, 22: 154).

Di tempat lain dalam Majmu’ Al Fatawa, beliau berkata,

فَإِذَا كَانَ هَذَا فِي التَّشَبُّهِ بِهِمْ وَإِنْ كَانَ مِنْ الْعَادَاتِ فَكَيْفَ التَّشَبُّهُ بِهِمْ فِيمَا هُوَ أَبْلَغُ مِنْ ذَلِكَ ؟!

“Jika dalam perkara adat (kebiasaan) saja kita dilarang tasyabbuh dengan mereka, bagaimana pula dalam perkara yang lebih dari itu?!” (Majmu’ Al Fatawa, 25: 332)

Jenis-jenis Tasyabbuh

Tasyabbuh dengan orang kafir ada dua jinis: (1) Tasyabbuh yang diharamkan, (2) Tasyabbuh yang mubah (boleh).

1- Tasyabbuh yang haram adalah segala perbuatan yang menjadi kekhususan ajaran orang kafir dan diambil dari ajaran orang kafir, tidak diajarkan dalam ajaran Islam.

Terkadang tasyabbuh seperti ini dihukumi dosa besar, bahkan ada yang boleh sampai menjadi kafir bersandarkan dalil-dalil yang qat"i. Tasyabbuh yang dilakukan boleh disebabkan sememangnya ingin menngikuti ajaran orang kafir atau boleh jadi kerana dorongan hawa nafsu atau kerana syubhah bahwa hal tersebut boleh mendatangkan manfaat di dunia atau di akhirat.

Bagaimana jika melakukannya atas dasar tidak tahu seperti ada yang merayakan ulang tahun (Ultah) padahal ritual seperti ini tidak pernah diajarkan dalam Islam? Jika alasannya tidak tahu, maka tidak berdosa namun orang seperti ini harus diberitahu. Jika tidak mau menurut bahkan kekal dengan pandangannya maka berdosalah dia. Berdosa juga kerana tidak mahu belajar.

2- Tasyabbuh yang dibolehkan adalah segala perbuatan yang asalnya sebenarnya bukan dari orang kafir. Akan tetapi orang kafir melakukan seperti itu. Tidak mengapa menyerupai dalam hal seperti itu, walaupun perlakuannya sama dengan mereka. Contohnya adalah seperti membiarkan uban dalam keadaan putih. Padahal disunnahkan mengubahkan warnanya (meletakkan inai). Jika dibiarkan kekal berwarna putih pun tidak dilarang .
Perlu diberi perhatian bahawa ada beberapa syarat yang dibolehkan bertasyabbuh dengan orang kafir:

1- Yang ditiru bukan syi’ar agama orang kafir dan bukan menjadi kekhususan mereka.

2- Yang diserupai bukanlah perkara yang menjadi syari’at mereka. Seperti dalam syari’at dahulu dalam rangka penghormatan, maka disyari’atkan sujud. Namun dalam Islam telah dilarang.

3- Syari’at menjelaskan bolehnya bersesuaian dalam perbuatan tersebut, namun khusus untuk amalan tersebut saja. Seperti misalnya dahulu Yahudi melaksanakan puasa Asyura, umat Islam pun melaksanakan puasa yang sama. Namun juga diselisihi dengan menambahkan puasa pada hari kesembilan dari bulan Muharram.

4- Menyerupai orang kafir tidak sampai berlainan dengan ajaran Islam. Misalnya, orang kafir sekarang berjanggut.Hal yang demikian bukan bermaksud umat Islam harus mencukur janggut supaya berbeza dengan orang kafir.Menyimpan janggut sudah menjadi perintah kepada orang Muslim.

5- Menyerupai orang kafir di sini bukan dalam keperayaan mereka. Misalnya, orang kafir merayakan kelahiran Isa (dalam natal), maka bukan bererti kita pun harus merayakan kelahiran Nabi Muhammad (dalam Maulid Nabi). Jadi tidak boleh tasyabbuh dalam hal perayaan orang kafir.

6- Tasyabbuh hanya boleh dalam keadaan hajat yang diperlukan, tidak boleh lebih dari itu.

Lihat perbahasan dalam Kitab Sunan wal Atsar fin Nahyi ‘an At Tasyabbuh bil Kuffar, oleh Suhail Hasan, hal. 58-59. 

Wallahul muwaffiq

Disunting  oleh Tokanpuakajoran daripada sumber:

No comments:

Post a Comment

Paparan Popular

Sahabat Blogger

Pautan Santai Berkaitan TBS

Perkhidmatan Dan Kemudahan Sekitar TBS